BERBAHASA DENGAN BENAR, EKSPRESI KEPRIBADIAN

LOVE IS FRIENSHIP

Cinta adalah persahabatan.... Orang yang kamu cinta dan bisa menjadi sahabat. Dia adalah cintamu.
Tetapi walau dia mencintaimu tetapi tidak bisa menjadi sahabat, dia bukan cintamu....

MAU DAPAT UANG MUDAH?? KLIK DI SINI

Cari

Senin, 28 November 2011

PERBEDAAN INDIVIDU YANG TERAMATI


Satu hal mendasar yang perlu digarisbawahi dalam pembuatan tugas ini, adalah tulisan dalam tugas ini merupakan hasil mengingat kembali dari beberapa karakter/kepribadian dari teman-teman di sekolah dasar-Perguruan tinggi dan beberapa pengalaman selama bersama rekan-rekan mahasiswa di tempat kerja.
Dalam mendeskripsi pengalaman ini penulis memaparkan beberapa kelompok perbedaan individu berdasarkan pengelompokkan kepribadian yang ditulis oleh beberapa ahli psikologi.
1.      Ekstrover. Individu dengan karakteristik ekstrovert digambarkan sebagai individu yang ramah, suka bergaul, dan tegas. ekstraverts cenderung untuk menikmati interaksi dan antusias, Latah, tegas, dan suka berteman. Mereka mengambil kesenangan dalam aktivitas yang melibatkan pertemuan sosial yang besar, seperti pesta, kegiatan masyarakat, demonstrasi publik, dan bisnis atau kelompok politik.
2.      Individu dengan karakteristik introvert digambarkan sebagai individu yang pendiam, suka merenung, tetapi bukan pemalu. introvert adalah orang-orang yang energinya cenderung untuk memperluas melalui refleksi dan kurang berinteraksi. Seorang introvert cenderung untuk menikmati waktu yang dihabiskan sendirian dan menemukan hadiah kurang waktu yang dihabiskan dengan kelompok besar orang, meskipun ia atau dia dapat menikmati interaksi dengan teman dekat. Kepercayaan biasanya merupakan masalah penting:
3.      Sensitif. Individu dengan karakteristik sensitif digambarkan sebagai individu yang praktis dan lebih menyukai rutinitas dan urutan. Mereka berfokus pada detail. Orang yang seperti ini biasanya senang dengan pola hidup yang tertib dan teratur. Mereka sangat menyukai aturan-aturan yang baku. Mereka tertib datang ke sekolah, melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan, belajar dengan sangat detail materi yang diperoleh di sekolah, bahkan menghafal pelajarn tersebut.
4.      individu dengan karakteristik intuitif mengandalkan proses-proses tidak sadar dan melihat gambaran umum. Orang yang dengan karakter intuitif biasanya tidak terlalu suka dengan segala aturan yang baku, dan lebih memilih hal yang lebih bebas dan fleksibelitas. Mempelajari materi pelajaran secara umum dan lebih mengandalkan pemahamannya perhadap materi tersebut. Mereka biasanya lebih bebas menjalani aturan yang ada, dan tidak kaku dengan situasi tertentu.
5.      Individu yang termasuk dalam karakteristik pemikir menggunakan alasan dan logika untuk menangani masalah. Ketika menemukan masalah, individu dengan tipe pemikir lebih menggunakan alasan-alasan yang rasional. Individu dengan tipe ini akan mencari alasan-alasan rasional dan logis sampai terjadinya masalah dan akan menerima persoalan tersebut dengan lebih bijaksana. Misalnya ketika mendapat nilai yang kurang baik dalam pelajaran, mereka akan bertanya, mengapa sebabnya; apa karena dia kurang menyiapkan diri dengan baik, atau apakah materi itu belum dikuasainya, dsb.
6.      Individu dengan karakteristik perasa mengandalkan nilai-nilai dan emosi pribadi mereka. Individu denga tipe karakter sepeti ini biasanya lebih mengandalkan perasaannya. Misalnya ketika mendapat nilai yang kurang baik dalam pelajaran, mereka akan menangis, ataui protes kepada guru dan bisa saja mengatakan guru tidak adil, menyalahkan orang lain, dsb.
7.      Mudah akur atau bersekapakat. Dimensi merujuk pada kecenderungan individu untuk patuh terhadap individu lainnya. Individu sangat mudah bersepakat adalah individu yang tidak mudah bersepakat cenderung bersikap dingin, tidak ramah, dan suka menentang.
8.      Sifat kehati-hatian. Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang sangat berhati-hati adalah individu yang bertanggungjawab, teratur, dapat diandalkan, dan gigih. Sebaliknya, individu dengan dengan sifat kehati-hatian yang rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur, dan tidak bisa diandalkan.
9.      Stabilitas emosi. Sering juga disebut berdasarkan kebalikannya yaitu neurosis. Dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stres. Individu dengan stabilitas emosi positif cenderung tenang, pecaya diri dan memiliki pendirian yang teguh. Sementara individu dengan stabilitas emosi yang negatif cenderung mudah gugup, khawatir, depresi, dan tidak memiliki pendirian yang teguh.
10.  Terbuka terhadap hal-hal baru. Dimensi ini merupakan dimensi yang mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru. Individu yang sangat terbuka, kreatif, ingin tahu dan sensitif terhadap hal yang bersifat seni. Sebaliknya mereka yang tidak terbuka cenderung memiliki sifat konvensional dan merasa nyaman dengan hal-hal yang telah ada.

Selasa, 01 November 2011

PARTISIPAN, SUBJEK, DAN SAMPEL PENELITIAN KUANTITATIF

1.       PENGERTIAN POPULASI
Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut.
Anggota Populasi yang terdiri atas orang-orang biasa disebut SUBJEK PENELITIAN, tetapi kalau bukan orang di sebut OBJEK PENELITIAN (Prof.Dr. Nana Syaodih 2011:250)
Top-down, tentukan populasi dulu kemudian turun ke sampel. Hal yang sering terjadi: memilih sampel yang gampang dulu kemudian mengasumsikan sampel tersebut representatif terhadap populasi (bottom-up)  belum tentu!
Syarat sampel
Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolak ukur adanya“bias” atau kekeliruan adalah populasi.
Syarat sampel
Presisi. memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita  dengan karakteristik populasi. Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (s), makin tinggi pula tingkat presisinya.
2.       SAMPLING
Idealnya sampel yang didapat representatif. sampel yang dipilih mewakili populasi baik dari karakteristik maupun jumlahnya. Dalam penentuan sampel, langkah awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi, atau menentukan populasi target.
Kesalahan dlm pemilihan dan penarikan sampel akan menimbulkan kesimpulan yang keliru dan menyesatkan.
Kualitas sampel dilihat dari prosedur yang digunakan yaitu sampling design-nya (seperti juga bagian-bagian lain, prosedur benar dan hasil pasti benar). Sampling design mengacu pada bagian dari rencana penelitian yang menjelaskan bagaimana kasus2 dipilih untuk diteliti.
Sampling design:
a.       Probability sampling
b.      Non-probability sampling
A.      Probability Sampling
Teknik pengambilan sampel dengan memberi peluang yang sama untuk setiap unsur atau anggota populasi.
Teknik ini sering jg disebut random sampling atau pengambilan sampel dengan cara acak.
Lebih dapat diterima daripada nonprobability sampling.
Nonprobability sampling: peluang anggota populasi tidak diketahui karena pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak.
Menentukan probabilitas atau besarnya kemungkinan setiap unsur dijadikan sampel. Dalam merencanakan sampling probabilitas, idealnya peneliti telah memenuhi beberapa persyaratan berikut:
1)      Diketahui besarnya populasi induk
2)      Besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan
3)      Setiap unsur atau kelompok unsur harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel
Probability sampling selalu melibatkan proses seleksi acak pada tahap tertentu. Probabilitas sampling:
1)      Simple random sampling (pengambilan sampel acak sederhana)
2)      Systematic sampling (pengambilan sampel secara sistematik)
3)      Stratified random sampling (pengambilan sampel acak bertingkat)
4)      Cluster sampling
5)      Simple random sampling  (pengambilan sampel acak sederhana)
1)      Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak (random) sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Syarat:
a)      anggota populasi dianggap homogen
b)      Cara pengambilan sampel bisa melalui undian
c)       Sampling ini memiliki bias terkecil dan generalisasi tinggi
d)      Banyak digunakan dalam penelitian sains
Langkah-langkah Simple random sampling Pertama dilakukan adalah membuat kerangka sampel atau dikenal dengan “sampling frame” .  Daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, dsb
Syarat penggunaan teknik sampling ini adalah, bahwa setiap elemen dari populasi harus dapat diidentifikasi. Selanjutnya, dari sampling frame tersebut dipilih sampel yang dilakukan secara acak hingga terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan.
2)      Systematic Sampling
Susun sampling frame.  Peneliti menetapkan sampling interval (k) dengan menggunakan rumus N/n; dimana N adalah jumlah elemen dalam populasi dan n adalah jumlah sampel yang diperlukan. Peneliti memilih sampel pertama (s1)secara random dari sampling frame.
Peneliti memilih sampel kedua (S2), yaitu S1 + k.  selanjutnya, peneliti memilih sampel sampai diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menambah nilai interval (k) pada setiap sampel sebelumnya.
Contoh penggunaan systematic sampling untuk memilih 20 sampel dari populasi yang berisi 100 elemen, adalah sebagai berikut ;
Pertama, susun sampling frame.
Kedua, tetapkan nilai k = 5.
Ketiga, tentukan sampel pertama secara random, misal diperoleh 6.
Selanjutnya kita dapat menetukan sampel berikutnya adalah 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46, 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81, 86, 91, 96, dan 1.
3)      Stratified Sampling
Sampling ini banyak digunakan untuk mempelajari karakteristik yang berbeda, misalnya, di sekolah ada kls I, kls II, dan kls III. Atau responden dapat dibedakan menurut jenis kelamin; laki-laki dan perempuan, dll.
Keadaan populasi yang heterogen tidak akan terwakili, bila menggunakan teknik random. Karena hasilnya mungkin satu kelompok terlalu banyak yang terpilih menjadi sampel.
Peneliti membagi populasi kedalam beberapa sub populasi atau strata berdasarkan informasi yang didapat.
Kedua, peneliti merumuskan sampling frame pada masing-masing subpopulasi atau strata.
Ketiga, peneliti memilih sampel pada masing-masing subpopulasi atau strata dengan menggunakan simple random atau systematic sampling. Dalam pemilihan sampel ini, proporsi jumlah sampel antar strata adalah sama dengan proporsi jumlah elemen antar strata.
4)      Cluster Sampling
Teknik sampling ini biasanya digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Misalnya penduduk suatu negara, propinsi atau kabupaten.
Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan.
Sampling ini mudah dan murah, tapi tidak efisien dalam hal ketepatan serta tidak umum. Digunakan jika objek yang akan diteliti sangat luas. Populasi biasanya dalam bentuk gugus atau kelompok-kelompok tertentu.  Anggota gugusJ/kelompok mungkin tidak homogen
Misalnya akan diambil populasi seluruh guru SD di Kota Bogor. Pengambilan sampelnya dengan cara membagi wilayah Kota Bogor ke dalam enam wilayah, kemudian dari masing-masing kecamatan diambil perwakilannya. Jumlah sampel tiap kecamatan diambil secara proporsional.
B.      Non – Probability Sampling
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentang suatu keadaan.
Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera,tidak memerlukan ketepatan yanq tingqi, karena hanya sekedar gambaran umumsaja.
                Tiga tipe utama nonprobability sampling:
1.    Convenience sampling
2.    Purposive sampling
3.    Quota sampling
1.       Convenience Sampling
sampel diambil berdasarkan faktor spontanitas, dengan kata lain sampel diambil/terpilih karena ada ditempat dan waktu yang tepat. Tanpa kriteria, peneliti bebas memilih siapa saja yang ditemuinya untuk dijadikan sampel.
Ini digunakan ketika peneliti berhadapan dengan kondisi karakteristik elemen populasi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas. teknik penarikan sampel yang dilakukan karena alasan kemudahan atau kepraktisan menurut peneliti itu sendiri.  Dasar pertimbangannya adalah dapat dikumpulkan data dengan cepat dan murah, serta menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah.
Kelemahan utama teknik sampling ini yaitu kemampuan generalisasi yang amat rendah atau keterhandalan data yang diperoleh diragukan.
2.       Purposive Sampling
Peneliti menggunakan expert judgement untuk memilih kasus2 yang “representatif” atau “tipikal” dari populasi.
Pertama, identifikasi sumber2 variasi yang penting dari populasi. Berikutnya memilih kasus2 sesuai sumber2 variasi tersebut.
Bisa dipilih satu kasus atau satu subpopulasi yang dianggap “representatif” atau “tipikal” yang memiliki karakteristik tertentu. Atau memilih beberapa kasus yang mewakili perbedaan2 utama dalam populasi
Secara umum lebih “kuat” dibandingkan convenience sampling tapi sangat tergantung expert judgement-nya peneliti.
Kelemahan utama: informed selection seperti itu memerlukan pengetahuan yang cukup mengenai populasi.

3.       Quota Sampling
Quota sampling adalah sejenis purposive sampling yang ada kemiripan dengan stratified random sampling:
a.       Pertama, populasi dibagi-bagi menjadi strata yang relevan seperti usia, jenis kelamin, lokasi, dsb.
b.      Proporsi tiap strata diperkirakan atau ditentukan berdasarkan data eksternal kemudian total sampel dibagi-bagi sesuai proporsi ke tiap strata (kuota).
c.       Untuk memenuhi jumlah sampel untuk tiap strata, peneliti menggunakan expert judgement-nya
Misalnya populasi 55% pria 45% wanita. Sampel 100 orang berarti 55 pria dan 45 wanita. Pemilihan sampelnya sendiri tergantung penilaian peneliti.
Bedanya dengan stratified random sampling, sampel diambil secara acak sedangkan dalam quota sampling, sampelnya dipilih berdasarkan pendapat subjektif peneliti pokoknya kuotanya terpenuhi (mirip2 convenience sampling).
BAGAIMANA EFEK SAMPEL PENELITIAN
Prosedur pengambilan sampling akan memiliki dampak pada hasil penelitian. Ukuran sampel atau besarnya sampel yang diambil dari populasi, merupakan salah satu faktor penentu tingkat kerepresentatifan sampel yang digunakan. Efek sampel penelitian yakni;
·         Sample Size (Ukuran Sampel)
·         Response variability (variabilitas Respon )
·         Volunteer samples (sampel kesediaan)
·         Sampling bias (Bias Sampling )
·         Subject motivation (motivasi subjek)
a)      Sample Size
Kebanyakan untuk menentukan ukuran sampel menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Slovin (1990)



 
Keterangan :
n = ukuran sampel yang dibutuhkan 
N = jumlah populasi
e = margin error yang diperkenankan (5% atau 10%)
Sumber : http://kanvas-angan.blogspot.com/2011/03/menentukan-ukuran-sampel.html
a)      Subject Motivation
sejauh mana subjek termotivasi untuk merespon dengan cara tertentu dapat memiliki efek yang substansial.
Karakteristik khusus dari sampel dapat mempengaruhi mereka untuk merespon dalam cara tertentu (misalnya, hanya guru memilih menggunakan strategi bahasa holistik kemungkinan akan mempengaruhi mereka untuk merespon baik untuk skala sikap berfokus pada pengajaran bahasa holistik)
b)      Sampling Bias
kesalahan Sampling
yang dikendalikan atau dipengaruhi oleh peneliti untuk menghasilkan menyesatkan disebabkan oleh peneliti.
c)       Volunteer samples
Karakteristik yang berbeda antara relawan dan non-relawan dapat menyebabkan respon yang berbeda
1. tingkat pendidikan
2. Status sosial ekonomi
3. Kebutuhan persetujuan sosial
 4. Kemampuan untuk bersosialisasi
5. kesesuaian
Umumnya digunakan karena ketersediaan mereka.


Sumber :    Research in Education: Evidence-Based Inquiry, Sixth Edition, by James H. McMillan and Sally Schumacher. Published by Allyn & Bacon. Copyright © 2006 by Pearson.